Tanaman Nanas Mahkota Siak. F. LTKL.

Coolturnesia – Jakarta - Kabupaten Siak sebagai salah satu kabupaten anggota LTKL bersama-sama dengan 8 kabupaten anggota LTKL lainnya, berkomitmen untuk menjaga 50% hutan, gambut dan ekosistem penting di wilayahnya, dengan meningkatkan kesejahteraan bagi lebih dari 1 juta masyarakat. Khususnya petani, perempuan dan orang muda lokal. Bagi Kabupaten Siak, komitmen ini sejalan dengan kebijakan Siak Hijau yang salah satunya mencegah Siak dari terulangnya bencana kebakaran lahan gambut, yang terjadi di 2015-2016 di Provinsi Riau. Bencana tersebut menimbulkan kerugian lebih dari 200 triliun rupiah, dan mengakibatkan ratusan ribu anak dan orang dewasa menderita ISPA.Kabupaten Siak adalah Kabupaten dengan lahan gambut terbesar di Pulau Sumatera. Lebih dari separuh luas kawasan Kabupaten Siak (57,44%) merupakan lahan gambut, yang mencapai area seluas 479.485 hektar. Dari total kawasan gambut tersebut, 21% adalah lahan gambut dalam dengan kedalaman 3-12 meter.

Kabupaten Siak juga memiliki Danau Zamrud yang merupakan danau gambut terbesar kedua di dunia dan saat ini bersama-sama dengan berbagai pihak khususnya orang muda dan komunitas lokal mengembangkan komoditas ramah gambut yang memberikan nilai ekonomi sekaligus menjaga lahan gambut dari kekeringan dan kebakaran. Nanas Mahkota Siak merupakan salah satu komoditas ramah gambut yang dikembangkan di desa-desa peduli gambut di Kabupaten Siak bekerja sama dengan berbagai mitra lokal dan nasional di dalam koalisi mitra Lingkar Temu Kabupaten Lestari seperti beberapa di antaranya Winrock International, WRI, Daemeter, Sedagho Siak serta lembaga pemerintah seperti Badan Restorasi Gambut dan Mangrove dengan program Desa Pantau Gambut.

Wakil Bupati Siak dan sekaligus sebagai Wakil Ketua Umum LTKL, Husni Merza, menyampaikan, komitmen kabupaten Siak untuk mendorong investasi lestari pada komoditas yang ramah gambut salah satunya diwujudkan dengan menerbitkan Siak Investment Outlook pada 2022. Hal itu bekerja sama dengan banyak mitra pembangunan dalam Kemitraan Multipihak Siak yaitu Tim Koordinasi Siak Hijau (TKSH). Kolaborasi multipihak ini berhasil mengembangkan sentra inkubasi usaha lestari.

“Berbagai potensi usaha lestari berbasis alam didampingi dan dikembangkan menjadi bisnis yang dikelola dengan profesional, sentra inovasi berupa laboratorium R&D untuk menciptakan inovasi produk dari komoditas ramah gambut, yang juga digawangi orang muda asli Siak. Harapannya hilirisasi berbasis alam menjadi produk setengah jadi atau produk jadi seperti Pinaloka ini dapat terus tercipta dan tumbuh di Siak,” terang Huzni Merza.

Pinaloka saat ini bekerja sama dengan petani lokal dari desa Tanjung kuras, desa Penyengat, desa Temusai dan desa Lalang dengan potensi luasan perkebunan nanas 3.380 hektar, yang melibatkan 33 petani dan 21 perempuan untuk mengolah produk nanas. Targetnya pada akhir tahun 2024 akan melibatkan 100 petani dan memastikan tinggi rata-rata lahan gambut 40 cm agar lahan gambut tetap basah dan terhindar dari kebakaran. Pengelolaan nanas ini menggunakan metode pertanian berkelanjutan untuk menjaga kualitas tanah dan lingkungan sekitar yang menghasilkan nanas berkualitas tinggi dengan cita rasa manis dan segar. Nanas ini diolah menjadi jus hingga makanan ringan sebagai produk Pinaloka.

Wulan Suci Ningrum, Perwakilan Pinaloka dan Penggerak Laboratorium Alam Siak Lestari (ASL) mengungkapkan kelebihan tanaman nanas untuk mencegah kebakaran di lahan gambut.

“Penanaman nanas yang rapat ditambah daunnya yang tebal lebih tahan terhadap api, sehingga jika terjadi kebakaran api bisa diredam. Tanaman nanas juga mampu menjaga kelembaban lahan gambut dengan ditanam secara tumpang sari bersama vegetasi naungan lainnya. Salah satunya karena daunnya mencegah penguapan air yang diakibatkan oleh paparan sinar matahari,” terang Wulan.

Semula masyarakat membiarkan lahan-lahan gambut tersebut menganggur dan ditumbuhi semak-semak. Karena akarnya yang berserabut dan daunnya yang tipis, tanaman ini dengan cepat terbakar jika ada api. Alhasil semak-semak itu kemudian dibersihkan dan ditanami nanas oleh masyarakat. Sejak saat itu kebakaran menjadi semakin berkurang. Bisa dilihat dari titik api di periode 2015-2018 yang ada lebih dari 500 titik api terus berkurang sampai di tahun 2023 menjadi 69 titik api. Selain itu dari sisi perkembangan usaha nanas Pinaloka dengan koneksi ke mitra Horeca nasional seperti Anomali berhasil meningkatkan produksi dari yang tadinya 8 liter sirup per bulan, saat ini mencapai 80 liter sirup per bulan. Diharapkan dengan kolaborasi itu semakin meningkatkan transaksi Pinaloka dan perkembangan ekonomi masyarakat Siak.

0 Comments

Leave A Comment