Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Dian Nugraha.

Coolturnesia - Gorontalo - Kain karawo khas Gorontalo kini telah banyak diminati, tidak hanya di dalam negeri, bahkan di luar negeri. Namun sayang, meningkatnya permintaan tidak sejalan dengan regenerasi pengrajinnya. Pasalnya sampai saat ini, pengrajin karawo lebih didominasi oleh orang-orang yang sudah tidak muda lagi. Bahkan banyak di antara mereka yang sudah berumur lanjut.

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw BI) mengakui, jika tidak dilakukan regenerasi, Dian Nugraha khawatir kain karawo, sebagai kain khas Gorontalo akan hilang atau punah.

“Supaya kekhawatiran itu tidak terjadi, kita perlu gerak cepat untuk menjaga kesinambungan, agar gap-nya tidak terlalu jauh dan terputus,” aku Dian.

Berupaya kain karawo tidak bernasib sama dengan tenun Gorontalo, KPw BI, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Gorontalo, serta menggandeng BPJS Ketenagakerjaan menggelar pelatihan pengirisan benang kain media karawo. Pelatihan tersebut diikuti 30 peserta. Mereka merupakan kaum muda berusia 15 - 25 tahun.

Pengirisan benang itu, merupakan tahap awal membuat karawo. Tahapan ini memerlukan ketelitian serta kecermatan tinggi. Bahkan oleh para pengrajin, pengirisan merupakan tahapan paling sulit dalam rangkaian membuat karawo.

Dian mengaku, selain pelatihan mengiris, ke depannya kaum milenial itu akan dilatih pula tahapan lain dalam membuat karawo, seperti mendesain dan menyulam benang menjadi karawo.

“Bagaimana kita mempertahankan kain wastra nusantara yang khas Gorontalo, tetap eksis dan meningkat dari aspek produksi, kualitas serta variasinya,” terangnya.

Dian Nugraha mengaku, selain pengirisan, KPw BI berencana memberikan pelatihan mendesain dan menyulam, agar peserta itu mahir membuat karawo.(*as)

 

0 Comments

Leave A Comment