Coolturnesia – Gorontalo – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo menyusun strategi mengendalikan Inflasi yang disebabkan gejolak harga kebutuhan masyarakat menjelang Bulan Suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Hal tersebut menjadi bahasan dalam pertemuan tingkat tinggi (High Level Meeting) TPID yang dilangsungkan di Ballroom lt.4 KPwBI Provinsi Gorontalo. Jumat (08/03/24).
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo secara bergantian, memaparkan tentang perkembangan inflasi yang terjadi tahunan (year on year/yoy) maupun inflasi bulanan (month to month/m to m) yang terjadi di Gorontalo. Sofian Ibrahim menerangkan inflasi tahunan yang terjadi di Gorontalo senilai 3,73% (yoy) dan -1,15% (mtm). Di mana menurut Sofian, inflasi yang rendah dan stabil adalah menjadi salah satu tolak ukur pertumbuhan ekonomi daerah melalui penguatan daya beli masyarakat.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Gorontalo Mukhamad Mukhanif mengungkapkan, Februari 2024, Provinsi Gorontalo tercatat deflasi sebesar 1,15% (mtm) lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,91% (mtm). Capaian deflasi bulanan Provinsi Gorontalo Februari 2024 itu merupakan deflasi terdalam di wilayah Sulawesi. Dengan perkembangan tersebut, Gorontalo tercatat deflasi sebesar 2,05% (ytd) lebih rendah dari capaian nasional. Di sisi lain, inflasi tahunan tercatat sebesar 3,73% (yoy) lebih tinggi dari nasional.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Dian Nugraha, juga memaparkan perkembangan harga komoditas terkini dan isu-isu strategisnya.
“Perkembangan harga terkini pada awal Maret menunjukkan kenaikan harga beberapa komoditas seperti beras, daging ayam, minyak goreng, daging sapi, dan cabai rawit. Adapun isu strategis yaitu mengenai kenaikan harga beras di Provinsi Gorontalo,” ungkap Dian Nugraha.
Kenaikan harga beras tersebut menurut Dian, disebabkan oleh penurunan pasokan, seiring dengan bergesernya masa panen dan tidak meratanya masa panen. Hal ini disebabkan oleh pergeseran masa tanam dari bulan Oktober ke Januari, akibat fenomena El Nino. Diprakirakan panen raya padi akan terjadi pada April 2024.
“Terjadi penurunan luas panen padi sebesar-24,9% (yoy) pada subround I (Jan-Apr) 2024,” tegas Dian.
Memperhatikan perkembangan harga dan stok terkini menjelang Hari Besar Keagamaan, Puasa dan lebaran, Sekda Provinsi Gorontalo meminta TPID Provinsi, Kab/Kota, dan seluruh pihak-pihak terkait melakukan beberapa strategi pengendalian inflasi. Pertama mengintensifkan pemantauan harga komoditas pangan bergejolak, khususnya beras, cabai rawit, dan minyak goreng melalui pemanfaatan early warning system atau pemantauan langsung seiring dengan risiko meningkatnya permintaan menjelang HBKN Ramadhan dan Idul Fitri, sesuai dengan pola historis/musiman-nya. Kedua mendorong keterjangkauan harga komoditas bahan pokok melalui pelaksanaan operasi pasar/gerakan pangan murah/pasar murah bersubsidi, yang lebih intensif jelang HBKN Ramadan dan Idul Fitri, dengan bekerjasama dengan Perum Bulog. Ketiga mempercepat penyaluran bantuan langsung pangan Pemerintah Provinsi Gorontalo (BLP3G) kepada keluarga penerima manfaat. Keempat menjaga ekspektasi masyarakat untuk tidak melakukan konsumsi secara berlebihan melalui penyampaian moral suasion (komunikasi efektif) kepada masyarakat oleh TPID dalam bentuk himbauan belanja bijak.
Diharapkan dengan lankah-langkah tersebut perkembangan harga menjelang Ramadan dan Idul Fitri 1445 H/ 2024 dapat terkendali, sehingga otomatis inflasi yang terjadi di Provinsi Gorontalo terkendali pula.(*as)
Pemkab Gorontalo Gandeng BPKP, Perkuat Tata Kelola Aset Daerah